APRESIASI SASTRA ANAK (PART 1)
Video 1.5 Apresiasi Sastra Anak
Sumber : https://youtu.be/HtXvvPTjtzc?si=a0uNU5Giy1em3-cF
Assalamu'alaikum Wr. Wb. 🙏🏻
Hallooo everyone!!! 👋🏻👋🏻
Disini saya sedikit memberikan informasi terkait Apresiasi Sastra Anak. Selamat menonton dan membaca! 💖
PART 1
A. Pengertian Apresiasi Sastra
Apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti “mengindahkan” atau menghargai”. Berarti secara harpiah apresiasi sastra adalah penghargaan terhadap karya sastra. Munculnya penghargaan (yang positif) terhadap karya sastra merupakan manifestasi dari adanya pengetahuan tentang sastra, sejumlah pengamalan emosional dan penajaman kognitif di bidang sastra, serta pengalaman keterampilan bersastra, baik secara reseptif maupun secara produktif . Hal tersebut sejalan dengan pendapat Disick yang menyatakan bahwa “aspek apresiasi yang berkaitan dengan sikap penghargaan atau nilai berada pada domain afektif merupakan tingkatan terakhir yang dapat dicapai pencapaiannya memerlukan waktu yang sangat panjang serta prosesnya berlangsung terus setelah pendidikan formal berakhir” (dalam Wardani, 1981:1).
Kegiatan apresiasi sastra dapat meningkatkan minat dan keterampilan membaca serta kreativitas anak SD. Salah satu hasil terpenting dari kegiatan ini adalah munculnya rasa kecintaan dan apresiasi pada sastra dan karya sastra lokal. Selain itu, anak-anak juga dapat mengembangkan kemampuan kritis dan analitis mereka dalam menangkap nilai-nilai moral yang terkandung dalam karya sastra yang dibacakan. Pada tahap awal kegiatan, anak-anak terlihat canggung dan kurang percaya diri ketika diminta untuk membaca atau mengungkapkan pendapat tentang karya sastra. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan intensitas kegiatan, anak-anak mulai menunjukkan minat dan antusiasme yang tinggi pada kegiatan membaca dan apresiasi sastra. Mereka juga mulai lebih berani dan terampil dalam mengemukakan pendapat dan interpretasi mereka tentang karya sastra.
Kegiatan mengapresiasi sastra anak dapat dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut (Rosdiana, dkk. 2008: 5.10).
1.) Kegiatan Apresiasi Langsung Adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh nilai kenikmatan dan kekhidmatan dari karya sastra anak yang diapresiasi. Kegiatan apresiasi langsung meliputi kegiatan sebagai berikut.
a. Membaca sastra anak
b. Mendengar sastra anak ketika dibacakan atau dideklamasikan
c. Menonton pertunjukan sastra anak ketika karya sastra anak itu dipentaskan.
2.) Kegiatan Apresiasi tak Langsung Adalah suatu kegiatan apresiasi yang menunjang pemahaman terhadap karya sastra anak. Cara tidak langsung ini meliputi 3 kegiatan pokok, yaitu
a. mempelajari teori sastra,
b. mempelajari kritik dan esai sastra
c. mempelajari sejarah sastra.
3.) Pendokumentasian Karya Sastra Usaha pendokumentasian karya sastra juga termasuk bentuk apresiasi sastra yang secara nyata ikut melestarikan keberadaan karya sastra. Bentuk apresiasi atau penghargaan terhadap karya sastra dengan cara mendokumentasikan karya sastra ini dilihat dari segi fisiknya ikut memelihara karya sastra, menyediakan data bagi mereka yang membutuhkan, dan menyelamatkan karya sastra dari kepunahan.
4.) Kegiatan Kreatif Juga termasuk salah satu kegiatan apresiasi sastra. Dalam kegiatan ini dapat dilakukan adalah menciptakan karya sastra, misalnya membuat puisis atau menulis cerita pendek. Hasil cipta siswa dapat dikirimkan dan dimuat dalam majalah dinding, bulletin OSIS, majalah sekolah, surat kabar ataupun majalah sastra seperti horizon. Selain itu juga dapat dilakukan kegiatan rekreatif, yaitu menceritakan kembali karya sastra yang dibaca, yang didengar atau ditontonya.
Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra anak-anak secara reseptif, di antaranya sebagai berikut:
a. Pendekatan Emotif
Pendekatan emotif merupakan suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur emosi atau perasaan pembaca. Unsur emosi itu berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk, lucu, atau menarik.
b. Pendekatan Didaktis
Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.
c. Pendekatan Analitis
Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang berupaya membantu.pembaca memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur intrinsik, dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas bentuk dan maknanya.
Hakikat Apresiasi Sastra
Berikut diuraikan dua hal yang terkait dengan apresiasi, yaitu (1) apresiasi sastra reseptif, dan (2) apresiasi sastra ekspresif/produtif.
(1) Apresiasi Sastra Reseptif.
Apresiasi sastra anak secara umum meliputi apresiasi terhadap bentuk penulisan kreatif dan imajinatif yang dikhususkan untuk dibaca, dinikmati, dan dinilai oleh anak. Penulisan buku anak-anak meliputi keseluruhan buku yang bermutu dan berfaedah untuk bacaan anak-anak. Buku anak-anak meliputi bidang fiksi dan nonfiksi yang berbentuk prosa, puisi, dan drama. Bentuk sastra tersebut dapat diapresiasi secara reseptif dan ekspresif/produktif.
Apresiasi sastra anak secara reseptif adalah kegiatan mengapresiasi dengan teori resepsi pada sebuah karya. Resepsi dapat diartikan sebagai terbuka atau menerima (Kusuma, dkk. 2017).
(2) Apresiasi Sastra Ekspresif/Produktif
Apresiasi sastra ekspresif/produktif merupakan kegiatan mengapresiasi karya sastra yang menekankan pada proses kreatif dan penciptaan. Apresiasi sastra secara ekspresif/produktif tidak mungkin terwujud tanpa diberikan pengajaran menulis, khususnya menulis kreatif di sekolah dasar (Hartati, 2016).
Dalam kegiatan bersastra secara ekspresif/produktif, metode yang sesuai untuk digunakan dalam mengapresiasi sastra adalah metode produktif. Metode ini diarahkan pada aktivitas berbicara dan menulis. Siswa harus banyak berbicara atau menulis untuk menuangkan gagasan-gagasannya.
B. Manfaat Apresiasi Sastra
Manfaat apresiasi sastra yang dikemukakan tersebut, hanya manfaat 1) mengembangkan imajinasi; 2) mengembangkan pandangan ke arah persoalan kemanusiaan; 3) meningkatkan keterampilan membaca-menulis yang akan diuraikan secara singkat.
1) Mengembangkan Imajinasi
Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa/sastra adalah terbentuknya kemampuan siswa yang kreatif. Untuk menjdi kreatif, salah satu aspek mutlak yang harus dimiliki adalah daya imajinasi yang memadai. Akhadiah (1992:3) menyatakan bahwa “sesuangguhnya hanya dapat menjadi kreatif jika siswa memiliki daya imajinasi.” Sebagaimana yang dikemukakan Huck (1987) bahwa mengapresiasi sastra dapat mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi yang dimaksud adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan) atau menciptakan sesuatu (gambar, karangan,dan sejenisnya) berdasarkan kenyataan atau pengalaman sesorang (dalam KBBI, 1994:372).
2. Meluaskan pandangan tentang kemanusiaan
Melalui pergaulan dengan karya sastra berbagai pengalaman dapat diperoleh yang kelak bisa berfungsi untuk meluaskan pandangan tentang kemanusian sekaligus berkaitan dengan pembentukan watak dan pribadi yang baik dalam mengarungi kehidupan masyarakat. Misalnya dalam puisi POT oleh Sutarji Kalsum Bachri, memberi perluasan wawasan dan pengalaman kejiwaan bahwa kita harus menjadi ibu, ibu yang mampu melahirkan generasi yang berkualitas, generasi dapat mengharumkan bangsa di tingkat internasional. Puisi Chairil “Sekali berarti/ Sudah itu mati” jika kita cermati dengan sedalam-dalamnya, akan mendorong kita untuk memperbanyak amal saleh, agar kita dapat memperoleh derajat yang tinggi di sisi-Nya, tidak sederajat binatang atau lebih rendah lagi.
3. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Tujuan utama pembelajaran BI di SD adalah untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Kaitannya dengan apresiasi sastra yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan karya sastra dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berbahasa. Misalnya, Lehman menemukan bahwa siswa yang menggunakan karya sastra dalam membaca memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam hal kosa kata dan pemahaman isi bacaan dibandingkan siswa yang bukan menggunakan karya sastra sebagai bahan bacaan (dalam Rofi’uddin,1997).
Menurut Huck (1987) yang mengemukakan dua manfaat apresiasi sastra, yakni:
(1) Nilai personal
Memberi kesenangan, mengembangkan imajinasi, memberi pengalaman yang dapat terhayati, mengembangkan pandangan ke arah persoalan kemanusiaan, menyajikan pengalaman yang bersifat emosional;
(2) Nilai pendidikan
Membantu perkembangan bahasa, meningkatkan kelancaran-kemahiran membaca, meningkatkan keterampilan menulis, mengembangkan kepekaan terhadap sastra.
C. Tingkatan Apresiasi Anak
Tingkatan apresiasi sastra menurut (Rusyana, 1982) dibagi ke dalam tiga tingkatan yaitu:
1. Seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam karya sastra, anak terlibat secara emosional, intelektual, dan imajinatif.
2. Setelah mengalami hal seperti itu, kemudian daya inteklektual seseorang itu bekerja lebih giat menjelajahi medan makna karya sastra yang diapresiasinya.
3. Seseorang itu menyadari hubungan sastra dengan dunia diluarnya sehingga pemahaman dan penikmatanya dapat dilakukan lebih luas dan mendalam.
Adapun tingkatan apresiasi sastra, Wardani (1981) membagi tingkatan apresiasi sastra ke dalam empat tingkatan sebagai berikut.
(1) Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada buku-buku sastra serta keinginan membacanya dengan sungguh-sungguh, anak melakukan kegiatan kliping sastra secara rapi, atau membuat koleksi pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai bentuk.
(2) Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai tumbuh pengertian, anak dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi anak-anak, atau mendengarakan deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau menonton drama anak-anak.
(3) Tingkat mereaksi yaitu mulai ada keinginan utuk menyatakan pendapat tentang cipta sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi, atau Sedangkan tingkatan apresiasi sastra menurut (P. Suparman) dibagi ke dalam lima tingkatan yaitu:
a. Tingkat penikmatan.
b. Tingkat penghargaan.
c. Tingkat pemahaman.
d. Tingkat penghayatan.
e. Tingkat implikasi.
Komentar
Posting Komentar