PERKEMBANGAN PERIODE MASA ANAK SEKOLAH DASAR (SD)
Gambar 1.4 Mengenal Karakteristik Siswa SD Dari Segi Fisik dan Motorik
Assalamu'alaikum Wr. Wb. 🙏🏻
Hallooo everyone!!! 👋🏻👋🏻
Disini saya sedikit memberikan informasi terkait PERKEMBANGAN PERIODE MASA ANAK SEKOLAH DASAR. Selamat membaca! 🤍
A. Pengertian Periode Anak Sekolah Dasar
Anak usia sekolah dasar merupakan golongan anak yang berusia 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak usia sekolah dasar dimulai dari 612 tahun (WHO, 2005). Anak 6-12 tahun yang sehat mempunyai ciri-ciri yakni banyaknya bermain di luar rumah, melakukan aktivitas fisik yang tinggi, serta beresiko terpapar sumber penyakit dan perilaku hidup yang tidak sehat (Supraisa, 2016).
Pengalaman inti anak dimulai pada usia 6-12 tahun. Periode ketika anak dianggap mulainya bertanggung jawab atas perlakuannya atau perilaku yang berhubungan dengan orang tua, teman, dan orang lain. Usia sekolah dasar merupakan masa anak yang memperoleh hal dasar pengetahuan untuk mencapai keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa sehingga memperoleh keterampilan tertentu (Wong, 2009).
Usia kurang dari delapan belas tahun dan sedang berada dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual dapat diartikan sebagai anak. Anak usia sekolah 6-12 tahun dimana mulai memiliki lingkungan selai keluarga (Supraptini, 2004). Anak usia tengah merupakan periode usia 6-12 tahun yang dimana periode tersebut dibagi menjadi tiga tahapan umur yaitu tahap awal 6-7 tahun, tahap pertengahn 7-9 tahun dan pra remaja 10-12 tahun (Potter & Perry, 2005).
Masa usia sekolah dasar terbagi menjadi kelas rendah (kelas 1,2, dan 3) dan kelas tinggi (kelas 4,5, dan 6) masa ini di tandai anak mulai memasuki bangku sekolah dasar, dan dimulai sejarah baru yaitu pengenalan (Sudaawarman, 2013).
B. Fase dan Tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar
1. Fase Perkembangan Anak Sekolah Dasar
Dalam psikologi perkembangan, pembagian perkembangann manusia dibagi dalam beberapa tahap. Seperti yang dikemukakan oleh Lester D. Crow dalam bukunya Human Development and Learning menegaskan bahwa ada tiga fase perkembangan yaitu childhood, maturity, dan adulthood. Masa kanak-kanak dimulai dari kehamilan, kelahiran, bayi, anak hingga usia sekolah. Masa pubertas merupakan suatu proses perkembangan ketika seseorang mengalami kedewasaan sebelum menjadi dewasa. Kematangan fungsional mempengaruhi perubahan fungsi psikologis. Masa dewasa adalah masa pertumbuhan.
Dalam psikologi, para ahli mempunyai dasar untuk menentukan periodisasi yang berbeda-beda. Secara umum pembagian dasar tahapan perkembangan dibagi menjadi aspek biologis, didaktik, dan psikologis, yaitu:
a. Tahap berbasis biologis
Selama masa laten, anak biasanya tenang, dorongan hatinya selalu tampak terkendali dan tidak terlihat. Anak-anak zaman sekarang relatif mudah untuk dilatih dan biasanya patuh dan patuh. Pada masa pubertas yang sama, impuls-impuls muncul kembali, dan jika impuls-impuls tersebut dapat disalurkan dan disublimasikan dengan baik, maka anak mencapai kematangan akhir. Hasrat seksual, yang tadinya tidak aktif selama masa laten alat kelamin, kini muncul kembali dan mulai mendapatkan ketertarikan yang serius terhadap lawan jenis lainnya.
b. Fase ini didasarkan pada didaktik
Suatu usaha membagi tumbuh kembang anak berdasarkan materi dan metode pengasuhan pada waktu-waktu tertentu. Salah satu karakter dalam grup tersebut adalah J.A. Comenius.
c. Tahapan psikologis
Suatu usaha membagi perkembangan anak berdasarkan keadaan dan karakteristik psikologis pada waktu tertentu.
Menurut Havighurst (1961) mengartikan tugas-tugas perkembangan sebagai “tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.” Tugas perkembangan pada usia kanak-kanak dimulai dari usia 2 (dua) sampai dengan 13 (tiga belas tahun). Usia kanak-kanak dibagi menjadi dua (dua) periode yaitu usia pra sekolahh dan usia sekolah. Usia pra sekolahh disebut dengan kanak-kanak awal (early childhood), dan usia sekolah disebut dengan kanakk-kanak akhir (Late childhood).
2. Tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar
Havigusrt menjabarkan delapan tugas perkembangan anak pada periode usia 6-12 tahun. Delapan tugas perkembangan tersebut, yaitu:
a. Belajar keterampilan fisik yang dibutuhkan dalam permainan Selama waktu ini anak belajar menggunakan otot-ototnya untuk mempelajari berbagai keterampilan. Oleh karena itu, pertumbuhan otot dan tulang anak berlangsung dengan cepat. Mereka memiliki kebutuhan yang sangat tinggi untuk beraktivitas dan bermain. Mereka dapat melakukan permainan dengan aturan tertentu. Makin tinggi tingkat kelas anak di sekolah, makin jelas ciri khas aturan permainan yang harus mereka patuhi.
b. Pengembangan sikap terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang. Tugas perkembangan ini anak sudah paham dan mampu mengembangkan kebiasaan hidup sehat dengan membiasakan diri memelihara kebersihan, kesehatan, dan keselamatan diri serta lingkungannya atau mengetahui akibat yang akan didapatnyaa, jika mereka bertingkah laku yang dapat membahayakan diri dan lingkungannya.
c. Berkawan dengan teman sebaya. Dengan masuknya anak kesekolah, akan menuntut anak untuk melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya. Anak usia SD hendaknya sudah mampu berteman dengan orang lain di luar lingkungan keluarganya, khususnya teman sebaya sebagai bentuk interaksi sosial.
d. Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki dan wanita. Pada usia 9-10 tahun anak mulai menyadari peran sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak perempuan menunjukkan tingkah laku sebagai perempuan, demikian pula dengan anak laki-laki. Pada masa ini anak sudah menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu sesuai dengan jenis kelamin mereka. Misalnya, anak perempuan senang bermain boneka dengan anak perempuan lainnya, dan anak laki-laki senang bermain bola dengan teman laki-lakinya.
e. Belajar menguasai keterampilan dasar membaca, menulis, dan berhitung. Masa ini anak SD sudah mampu untuk membaca dasar, menulis, dan berhitung. Karena perkembangan kognitif dan biologis anak sudah matang untuk bersekolah, maka anak telah mampu belajar di sekolah dan anak sudah mampu mengenali simbol-simbol sederhana.
f. Pengembangan konsep yang dibutuhkan dalam kehidupan anak. Pada masa ini anak hendaknya mempunyai berbagai konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti konsep warna, konsep jumlah, konsep perbandingan, dan lainnya.
g. Pengembangan moral, nilai dan kata hati. Pada usia SD anak hendaknya diajar mengontrol tingkah laku sesuai nilai dan moral yang berlaku. Anak hendaknya dapat mentaati peraturan, menerima tanggung jawab dan mengakui adanya perbedaan antara dirinya dan orang lain.
h. Mengembang sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial. Anak telah mampu belajar untuk menyadari keanggotaannya dalam keluarga dan masyarakat sekolah. Anak harus belajar mentaati peraturan-peraturan yang ada dalam keluarga dan sekolah (Prayitno, 2006).
C. Aspek Perkembangan Anak Sekolah Dasar
Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupnnya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, sampai masa dewasa. Perkembangan dapat diartikan juga sebagai suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progesif, dan berkesinambungan (Syamsu, 2012).
Perkembangan individu merupakan integrasi dari beberapa proses yaitu biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Ketiga proses ini saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu, pokok bahasan psikologi perkembangan adalah proses perubahan dalam diri individu yang mencakup beberapa aspek sebagai akibat, yaitu:
1. Aspek perkembangan fisik dan motorik
Aspek perkembangan ini berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik. Kuhlen dan Thompson menyatakan perkembangan fisik individu mencakup empat aspek (Hurlock dalam Retno, 1995), yaitu: pertama, struktur fisik, yang meliputi tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh. Kedua, sistem saraf, yang mempengaruhi perkembangan aspek lain yaitu intelektual dan emosional. Ketiga, kekuatan otot yang mempengaruhi perkembangan motorik. Keempat, kelenjar endokrin menyebabkan munculnya perilaku baru. Aspek perkembangan ini sangat mempengaruhi seluruh aspek perkembangan lainnya, misalnya struktur fisik yang lebih lemah dari normal (terlalu pendek atau tinggi, terlalu kurus atau gemuk) mempengaruhi rasa percaya diri seseorang. Faktor buruk ini berkaitan dengan perkembangan emosional, pribadi, dan sosial.
2. Aspek perkembangan kognitif atau intelektual
Perkembangan kognitif mengacu pada potensi intelektual individu, yaitu kemampuan berpikir dan memecahkan masalah. Aspek kognitif juga dipengaruhi oleh perkembangan neuron sentral otak. Ilmu yang mempelajari aktivitas otak (Woolfolk, 1995) dibedakan menurut dua belahan otak, yaitu belahan otak kiri dan kanan. Otak kiri erat kaitannya dengan kemampuan berpikir rasional, ilmiah, logis, kritis, analitis, dan konvergen. Jadi aktivitas yang banyak melibatkan aktivitas otak kiri antara lain membaca, matematika, belajar bahasa, dan penelitian. Namun otak kanan erat kaitannya dengan kemampuan berpikir intuitif, imajinatif, holistik, dan divergen. Aktivitas yang paling banyak menggunakan otak kanan adalah melukis, bermain musik, dan berkreasi.
Psikolog yang mengajukan teori penting tentang perkembangan kognitif adalah Jean Piaget (1952). Menurutnya, tahapan perkembangan kognitif menurut usia adalah sebagai berikut: sensorik-motorik, 0-2 tahun, ra-operasional, 2-7 tahun, operasional konkrit, 7-12 tahun, dan operasional formal, usia diatas 12 tahun. Selain perkembangan kognitif erat kaitannya dengan perkembangan fisik dan motorik, aspek perkembangan lain seperti penghayatan moral dan agama, bahasa, aspek sosial dan emosional juga turut mempengaruhi dan mempengaruhinya. Misalnya, siswa dengan perkembangan kognitif yang baik diharapkan memahami nilai dan aturan sosial, pemikiran moral yang baik, serta kemampuan menggunakan bahasa secara tepat dan efektif (Retno, 2013).
3. Aspek perkembangan sosial
Perkembangan sosial individu ditandai dengan tercapainya kematangan dalam komunikasi sosial, bagaimana ia dapat bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan diri dengan norma kelompok (Retno Pangestuti, 2013). Robinson A (1981) mengartikan sosialisasi sebagai proses yang mengarahkan anak untuk mengembangkan kepribadian sosial sehingga menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Perkembangan sosial seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana ia berada, antara lain keluarga, teman sebaya, guru, dan masyarakat sekitar.
4. Aspek perkembangan emosional
Menurut Retno (2013), emosi adalah emosi kuat yang diarahkan pada sesuatu atau peristiwa. Emosi yang berbeda-beda bisa senang terhadap sesuatu, marah terhadap sesuatu, atau takut terhadap sesuatu. Kebanyakan ahli percaya bahwa emosi memudar lebih cepat daripada suasana hati. Misalnya, kalau ada yang kasar, orang akan marah. Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi siswa, beberapa penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosinya bergantung pada kematangan dan faktor belajar (Hurlock dalam Retno, 2002).
Reaksi emosional yang tidak terjadi di awal kehidupan bukan berarti tidak ada, reaksi tersebut dapat terjadi di kemudian hari melalui berfungsinya sistem hormonal. Keterampilan dan pembelajaran saling terkait erat, mempengaruhi perkembangan emosional. Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memahami situasi yang dapat memicu reaksi emosional. Salah satu caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah pribadi dengan orang lain. Keterbukaan, emosi dan permasalahan pribadi sebagian dipengaruhi oleh rasa aman dalam hubungan sosial dan sebagian lagi oleh preferensi sasaran (Hurlock dalam Retno, 2002).
5. Aspek perkembangan Bahasa
Menurut para ahli, bahasa adalah alat komunikasi yang menyampaikan pesan (pendapat dan perasaan) dengan menggunakan lambang-lambang yang disepakati bersama, setelah itu kata-kata tersebut disusun menjadi kalimat-kalimat yang bermakna dan mengikuti kaidah atau tata bahasa suatu komunitas atau masyarakat. (Sinolungan, 1997; Semiawan, 1998). Lenneeberg, salah satu ahli teori pembelajaran bahasa yang paling terkenal (1996), mengatakan bahwa perkembangan bahasa bergantung pada pematangan biologis otak.
Sementara itu, Tarigan (2009) menguraikan perkembangan bahasa menjadi beberapa tahap, yaitu tahap penjelajahan pertama (pra-linguistik) dan tahap penjelajahan kedua (pra-linguistik). Selama tahap pertama mendekut, pada bulan-bulan pertama kehidupannya, bayi menangis, bersuara, mendengkur, menjerit, dan tertawa. Mereka sepertinya mengeluarkan berbagai macam suara. Pada level penjelajahan kedua, level ini disebut juga level omong kosong atau level kata tidak masuk akal. Permulaan fase meraban kedua ini biasanya dimulai pada awal tahun kedua kehidupan. Anak-anak menghasilkan sebuah kata yang dapat dikenali tetapi berperilaku seolah-olah mereka sedang mengatur ucapan mereka berdasarkan suku kata.
6. Aspek pekembangan moral dan spiritual
Istilah moralitas berasal dari bahasa latin mos atau moris yang dapat diartikan sebagai aturan hidup, nilai, kebiasaan, adat istiadat, dan tata cara (Retno, 2013). Pada saat yang sama, moralitas lebih mengacu pada penerimaan dan penerapan aturan, nilai, dan prinsip moral (Yusuf, 2011). Perkembangan moral mengacu pada aturan dan praktik yang harus diikuti individu ketika berinteraksi dengan orang lain (Santrock, 1995). Menurut teori psikoanalitik, perkembangan moral merupakan proses internalisasi norma-norma sosial yang dipengaruhi oleh kematangan biologis individu. Pada saat yang sama, teori perilaku memandang perkembangan moral sebagai hasil dari stimulus-respons yang dipelajari anak, termasuk hukuman dan pujian, yang sering dialami anak.
Menurut William James, salah satu keutamaan manusia sebagai makhluk adalah fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal Tuhan dan menunaikan ajaran-Nya (Murphy, 1967). Seseorang yang memiliki kehalusan dan karakter seperti ini setidaknya mengalami, meyakini, bahkan mempercayai dan menerima tanpa keraguan bahwa di luar dirinya ada Kekuatan Maha Kuasa yang melampaui segalanya, termasuk dirinya, yang disebut dengan pengalaman religius atau religius.
D. Perbedaan Periode Masa Prasekolah dan Anak Sekolah Dasar
1. Periode Masa Prasekolah
Anak usia dibawah 5 tahun sering juga disebut anak prasekolah, karena pada usia ini anak belum bersekolah secara formal, namun anak belajar dengan cara bermain dengan berbagai rangsangan, oleh karena itu biasa disebut dengan bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Usia prasekolah merupakan tahapan usia yang sangat penting, karena pada usia ini daya serap anak sangat tinggi sehingga pantas disebut masa emas (golden age). Anak mempunyai rasa ingin tahu yang sangat tinggi dan kemampuan menyerap informasi yang tinggi, sebagian besar masyarakat belum memahami atau memahami kemampuan magis anak. Mereka hanya bisa mengatakan bahwa saya mengetahui bahwa anak belajar lebih cepat, namun mereka tidak mengetahui seberapa cepat anak dapat belajar, karena potensi luar biasa yang ada pada setiap anak sebagian besar terbuang sia-sia akibat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan guru. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua dan pendidik untuk mengetahui dan memahami lebih jauh tentang kekhasan anak prasekolah.
2. Periode Masa Anak Sekolah Dasar
Masa kanak-kanak akhir sering juga disebut usia sekolah atau usia sekolah dasar. Anak usia 6-11 tahun mengalami periode ini. Pada masa ini, anak-anak sudah cukup umur untuk bersekolah dan siap memasuki sekolah
dasar (SD). Masuk sekolah pertama kali menawarkan pengalaman baru yang menuntut anak beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Menjadi siswa kelas satu (satu) merupakan peristiwa penting dalam kehidupan seorang anak yang membawa pada perubahan sikap, nilai dan perilaku. Beberapa anak mengalami ketidakseimbangan ketika beradaptasi dengan lingkungan sekolah di awal sekolah.
E. Analisis Masalah pada Periode Anak Sekolah Dasar
1. Aspek perkembangan fisik dan kognitif
Secara jasmani, seluruh siswa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Lini secara fisik tinggi, namun hal ini tidak sebanding dengan
perkembangan kognitifnya. Dia tampak lambat dalam perkembangan kognitifnya. Pada saat yang sama, Yusuf secara fisik rata-rata, tetapi ia memiliki kelebihan dalam hal kognitif. Dari sisi kognitif, 1 dari 8 siswa merupakan siswa yaitu Lini, ia pintar dalam satu mata pelajaran bahasa Indonesia saja, namun membutuhkan waktu berpikir yang lama ketika menjawab suatu pertanyaan.
2. Aspek perkembangan sosial-emosional
Sebagai orang nomor satu secara sosial-emosional, Yusuf secara alami tenang, cerdas, dan mudah didekati. Sedangkan Alin yang menduduki peringkat keenam memiliki sifat cerewet, mudah berkomunikasi, ramah, cenderung emosional. Jadi, orang yang cerdas secara akademis belum tentu mempunyai sikap sosial yang baik, sebaliknya orang yang kurang cerdas mempunyai sikap sosial yang sangat baik.
3. Aspek perkembangan Bahasa
Secara linguistik, seluruh siswa kelas 6 SD 03 Cempaka Baru menggunakan bahasa yang baik, terbukti dengan tidak ada satupun siswa kelas 6 SD 03 Cempaka Baru yang mengalami gangguan bicara. Selain itu, mereka sopan dalam berkomunikasi dengan orang lanjut usia dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik.
4. Aspek perkembangan moral-spiritual
Secara moral, budi pekerti seluruh siswa adalah baik dan tidak melebihi kelaziman anak seusianya. Sementara itu, 50% siswa mengaku dari sudut pandang agama bahwa mereka salat dengan tekun dan tepat waktu. Selebihnya mengaku salatnya belum tekun dan tepat waktu.
Jadi, kesimpulannya adalah Pendidikan merupakan pengaruh yang diberikan orang dewasa kepada anak untuk menunjang perkembangannya. Orang tua dan guru mempunyai peranan penting dalam mendidik anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Orang tua harus menetapkan aturan yang konsisten dan memberikan contoh yang baik kepada anak, sedangkan guru harus menciptakan lingkungan belajar yang bersih dan teratur serta memberikan bimbingan dan dukungan kepada anak. Kerjasama antara orang tua, guru dan masyarakat juga sangat penting demi kelancaran pendidikan sekolah.
Itu saja dan terima kasih, semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb. 🙏🏻
Komentar
Posting Komentar