MODEL-MODEL PEMBELAJARAN KHUSUSNYA DI JENJANG SEKOLAH DASAR (SD)

 


Gambar 1.3 Gambar Sekelompok Peserta Didik Sedang Belajar di Sekolah dengan Guru


Sumber: https://images.app.goo.gl/mxz77y8Z3tw4XJjEA


Assalamu'alaikum Wr. Wb. 🙏🏻


Haloo everyone!! 👋🏻👋🏻👋🏻


Disini saya ingin memberikan sedikit informasi terkait adanya Model-model dalam Pembelajaran khususnya di Jenjang Sekolah Dasar.


A. Model dan Metode Pembelajaran, Perbedaan Pendekatan, dan Strategi


1. Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah suatu rencana atau model yang digunakan sebagai pedoman ketika merencanakan pembelajaran di kelas atau dalam kurikulum. Model pembelajaran mengacu pada pembelajaran yang digunakan, yang meliputi tujuan pengajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, lingkungan belajar dan pengelolaan kelas (Arends, 1997:7). Pendapat Joyce (1992:4) juga menyatakan bahwa setiap model memandu kita merancang pembelajaran untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya.


Joyce dan Weil (1992: 1) menegaskan bahwa model pengajaran adalah model pembelajaran yang memungkinkan guru membantu siswa memperoleh atau memperoleh pengetahuan, gagasan, keterampilan, cara berpikir, dan mengungkapkan pikirannya sendiri. Selain itu, mereka mengajar sambil belajar.


Model pembelajaran adalah model konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai acuan bagi perancang dan pelatih pendidikan dalam pelaksanaan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis materi yang akan diajarkan, tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran, dan tingkat kemampuan atau kualifikasi siswa.


2. Pengertian Metode Pembelajaran


Metode menurut Poerwadarminta (1999:649) berasal dari bahasa Yunani: methodos, bahasa Inggris: method, bahasa Arab: thariqah) secara linguistik berarti cara yang teratur dan dipikirkan dengan matang untuk mencapai suatu tujuan atau metode pengajaran, dan sebagainya. Oemar Hamalik (1994:80) mengatakan metode ini berkaitan dengan masalah bagaimana bertindak, memahami objek, yaitu objek ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.


Muhibbin Syah (1995:202) menyatakan bahwa dalam penggunaan umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu tindakan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep secara sistematis. Menurut Sujono (1980:160), metode pengajaran adalah cara guru memberdayakan siswa dalam menerima, mengelola dan menyimpan atau mengelola bahan pelajaran.


Suprayekti (2004:9) mengatakan bahwa metode mengajar adalah cara guru menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu usaha untuk melaksanakan rencana yang dibuat dalam tindakan nyata agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara maksimal.


3. Pengertian Pendekatan Pembelajaran


Suprayekti (2004:18) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran menggambarkan suatu model yang mengatur pencapaian tujuan kurikulum dan memberikan bimbingan kepada guru untuk mencapai tujuan.


Sementara itu, Ahmad Sudradjat (2008) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran juga dapat diartikan sebagai titik tolak atau cara pandang kita terhadap pembelajaran, yang mengacu pada pandangan terhadap proses yang sedang berlangsung yang masih sangat umum. sifatnya, karena mengadaptasi, menginspirasi, menguatkan, dan melatarbelakangi suatu dimensi tertentu pada metode pembelajaran teoritis.


Berdasarkan sudut pandang tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan titik tolak atau cara pandang terhadap pembelajaran, yang bersifat sangat umum dan filosofis karena mengadaptasi, menginspirasi, menguatkan, dan memantapkan metode pembelajaran dengan cakupan teori tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.


4. Pengertian Strategi Pembelajaran


Mac Donald dalam Haidir dan Salim (2012:99) mendefinisikan strategi sebagai berikut: kemampuan melaksanakan rencana dengan terampil. Strategi adalah seni melakukan sesuatu dengan baik atau terampil. Zakky Fuad (2002:51) mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah pola umum tindakan guru dalam melakukan proses belajar mengajar.


Sementara itu, strategi pembelajaran (mengajar), menurut Ahmad Rohani (2004:32), merupakan model umum aktivitas guru-siswa dalam perwujudan pengajaran. Sesuai dengan pendapat tersebut, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (1996: 5) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah model umum kegiatan belajar mengajar yang dirancang untuk memandu kegiatan siswa guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu, J.J. Hasibuan dan Moedjiono 1996:5) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah model umum pelaksanaan guru dan keterlaksanaan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan pendidikan.


Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran adalah model tindakan yang digunakan guru dalam berbagai peristiwa pembelajaran untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan (tujuan pendidikan yang telah ditentukan). Dengan kata lain, konsep strategi pembelajaran menurut para ahli di atas mencakup pengertian berbagai pilihan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pendidik selama pembelajaran tertentu untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.


Di atas telah kami jelaskan pentingnya strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran. Selanjutnya, apa perbedaan ketiganya? Inilah batas perbedaannya. Akhmad Sudradjat (2008) menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau cara pandang kita dalam belajar, yang berkaitan dengan sudut pandang terhadap proses yang terjadi, namun sifatnya sangat umum, yaitu mengadaptasi, menginspirasi, menguatkan. dan metode pengajaran didasarkan pada banyak teori tertentu. Strategi pembelajaran kemudian diturunkan dari metode pembelajaran yang telah ditetapkan.


Strategi pembelajaran masih bersifat konseptual dan berbagai metode pembelajaran mata pelajaran digunakan untuk mengimplementasikannya. Dengan kata lain, strategi adalah “rencana tindakan untuk mencapai sesuatu”, sedangkan metode adalah “cara untuk mencapai sesuatu”. Oleh karena itu metode pengajaran menekankan metode yang melaksanakan rencana yang dikembangkan dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.


Selain itu metode pembelajaran dijelaskan lebih lanjut pada teknik dan taktik pembelajaran. Di sini teknik pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana guru menerapkan suatu metode tertentu. Misalnya penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya relatif banyak memerlukan teknik tersendiri yang tentunya secara teknis berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Begitu pula dengan penggunaan metode diskusi, harus menggunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dibandingkan dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini guru juga dapat mengubah teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.


Sedangkan taktik belajar adalah gaya seseorang dalam melakukan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang bersifat pribadi. Misalnya, ada dua orang yang sama-sama menggunakan metode ceramah namun taktiknya mungkin sangat berbeda. Yang satu memiliki banyak humor dalam presentasinya karena dia memiliki selera humor yang tinggi, sementara yang lain tidak memiliki selera humor tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia benar-benar memahami industri tersebut. Gaya belajar menunjukkan keunikan atau kekhasan masing-masing guruberdasarkan keterampilan, pengalaman, dan kepribadian guru tersebut. Dengan taktik ini, pembelajaran menjadi ilmu sekaligus seni (trik).


Apabila pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran digabungkan menjadi satu kesatuan, maka terbentuklah apa yang disebut model pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu model yang menggambarkan proses pendefinisian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Model pembelajaran pada dasarnya adalah suatu bentuk pembelajaran yang diuraikan dari awal sampai akhir, biasanya disampaikan oleh seorang guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan wadah atau kerangka pelaksanaan suatu cara, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran.


B. Jenis-jenis Model Pembelajaran


1. Model Pembelajaran Langsung


Model pembelajaran langsung adalah model pengajaran di mana guru menjelaskan konsep atau keterampilan baru, melibatkan guru bekerja dengan siswa secara individu atau kelompok kecil (Watanabe, McLaughlin, Weber, & Shank, 2013), dan berfokus pada pembelajaran tujuan dengan memberikan keterampilan pendidikan yang berkaitan erat dengan tujuan, Kinder dkk (NH, M.I.S. dan Winata, H.(2016).


Pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar keterampilan dasar dan untuk mendapatkan pengetahuan yang dapat diajarkan langkah demi langkah. Model pembelajaran langsung dirancang khusus untuk mengembangkan pembelajaran siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari langkah demi langkah. Landasan teori model pembelajaran langsung adalah teori pembelajaran sosial disebut juga teori pembelajaran observasional atau model perilaku (Supartini, 2021).


Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang baik untuk mengajarkan aturan, prosedur, dan keterampilan dasar khususnya kepada siswa muda, sehingga model pembelajaran langsung sangat cocok untuk mengajarkan teknik Platting dan Garnish (Supartini, 2021).


a. Langkah-langkah Model Pembelajaran Langsung


Model pengajaran langsung terdiri dari lima tahap kegiatan, yaitu orientasi, penyajian, latihan terstruktur, latihan terbimbing, latihan mandiri, yaitu:

1. Orientasi

Orientasi diawali dengan penentuan materi pembelajaran, review pembelajaran sebelumnya, definisi tujuan pembelajaran dan metode kegiatan.

2. Presentasi

Presentasi diawali dengan penjelasan konsep atau keterampilan baru.

3. Latihan terstruktur

Dimulai dengan mengarahkan siswa secara berkelompok untuk memodelkan latihan multi langkah, kemudian siswa menjawab pertanyaan, dan diakhiri dengan mengoreksi kesalahan dan memperkuat latihan yang benar.

4. Latihan yang diawasi

Latihan yang diawasi oleh guru, dimana siswa berlatih secara semi mandiri, setelah itu siswa secara bergantian berlatih dan mengamati latihan tersebut, kemudian guru memberikan umpan balik berupa instruksi.

5. Latihan mandiri

Pada tahap ini siswa berlatih mandiri di kelas atau di rumah, guru menunda jawaban dan memberikannya di akhir rangkaian latihan, dan latihan mandiri dilakukan beberapa kali selama jangka waktu yang lebih lama.


b. Kelebihan Model Pembelajaran Langsung


Berikut kelebihan model pembelajaran langsung, yaitu:

1. Guru dapat mengontrol isi dan ruang lingkup materi pembelajaran, sehingga diketahui sudah berapa lama siswa menguasai materi pembelajaran yang disajikan.

2. Sangat efektif jika materi yang dikuasai siswa cukup banyak, sedangkan waktu belajar terbatas.

3. Selain mendengarkan materi pelajaran, siswa juga dapat melihat (melalui presentasi).


c. Kekurangan Model Pembelajaran Langsung


Berikut kekurangan model pembelajaran langsung, yaitu:

1. Siswa hanya menyimak dan mendengar dengan baik serta tidak dapat mengontrol perbedaan kemampuan siswa.

2. Tekankan komunikasi satu arah. Model pembelajaran langsung hanya dapat berjalan dengan baik apabila siswa mempunyai kemampuan mendengarkan yang baik, namun gagal memperhitungkan perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, keterampilan dan gaya belajar.

3. Kemampuan memantau pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran juga sangat terbatas. Komunikasi satu arah dapat menjadikan pengetahuan siswa terbatas pada apa yang diberikan (Sanjaya W., 2007).


2. Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menggunakan sistem kelompok, artinya empat sampai enam orang yang berbeda latar belakang, kemampuan akademik, jenis kelamin, suku, ras, budaya, atau yang sering disebut dengan orang heterogen. Sistem poin dirancang untuk kelompok, bukan individu. Setiap kelompok akan memperoleh hadiah (prize) apabila kelompok tersebut dapat menunjukkan prestasi yang diperlukan dalam pembelajaran kelompok. Dengan demikian, setiap anggota kelompok mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan positif ini menimbulkan sikap individu yang bertanggung jawab terhadap kemampuan kelompok dan setiap anggota kelompok. Setiap individu berkomunikasi dan membantu keberhasilan kelompoknya dengan cara saling memberikan motivasi sehingga setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk berkontribusi terhadap keberhasilan kelompoknya.


a. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif


1. Tipe Jigsaw

Model Pembelajaran Kolaboratif Jigsaw merupakan model pembelajaran kolaboratif yang menitikberatkan pada kerja sama tim siswa dalam kelompok kecil. Setiap kali siswa bekerja dalam kelompok, anggota kelompok lain yang mempunyai materi yang sama berkumpul dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan materi tersebut dan kemudian kembali ke kelompok utama. Dengan model pembelajaran seperti itu siswa tidak bosan dalam melakukan aktivitas belajar terus menerus (Rusman, 2011). Menurut Slavin, dengan teknik ini, siswa bekerja dalam satu kelompok, atau empat hingga lima siswa dengan latar belakang keterampilan berbeda. Setelah itu guru menjelaskan secara singkat. Tugas siswa adalah memahami materi yang disampaikan. Setiap anggota kelompok dipilih secara acak untuk menjadi ahli kelompok pada bagian tertentu dari tugas pemahaman. Setelah meninjau materi, para ahli dari masing-masing kelompok bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut, dan kemudian kembali ke kelompok untuk mengajarkan topik tersebut kepada teman satu tim.

2. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Model pembelajaran tipe STAD digunakan untuk mendukung dan memotivasi siswa dalam mempelajari materi secara berkelompok. Tipe STAD merupakan tipe kolaboratif yang dikembangkan oleh Slavin yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk memotivasi dan membantu satu sama lain dalam menguasai mata pelajaran agar efektifitasnya maksimal.

3. Team Games Tournament (TGT)

Dalam model pembelajaran seperti TGT, siswa dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat orang yang masing-masing memainkan turnamen dalam kelompoknya sendiri. Siswa yang menjawab paling cepat adalah pemenang turnamen.


b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif


Ada enam tahap atau tahapan dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Mengkomunikasikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru mengkomunikasikan semua tujuan pembelajaran yang dapat dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Penyajian informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa melalui presentasi atau membaca.

3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kolaboratif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok bergerak secara efisien.

4. Mengarahkan kelompok untuk bekerja dan belajar

Guru memimpin kelompok belajar dalam melaksanakan tugas.

5. Evaluasi

Guru mengevaluasi materi yang dipelajari atau hasil belajar setiap kelompok yang mempresentasikan hasil pekerjaannya.

6. Pembagian hadiah

Guru memberikan penghargaan terhadap hasil belajar kelompok siswa baik secara individu maupun kelompok.


c. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif


Berikut kelebihan model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Siswa dapat bekerja sama dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman materi sambil saling membantu dan mendukung.

2. Meningkatkan keterampilan sosial dengan berinteraksi dengan siswa dalamkelompok.

3. Meningkatkan motivasi belajar melalui rasa tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompok.


d. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif


Berikut kekurangan model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Salah satu kesulitan belajar kelompok adalah kebutuhan kelompok yang memakan waktu lebih lama.

2. Sulitnya menyeimbangkan keterampilan anggota kelompok yang tetap agar setiap anggota dapat berkontribusi secara maksimal.

3. Persiapan guru harus benar-benar matang dalam merencanakan struktur tugas kelompok dan menjamin partisipasi aktif seluruh anggota kelompok.


3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Tujuan pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah motivasi yang tinggi dan kemampuan belajar mandiri serta bertanggung jawab terhadap pengayaan dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Ada beberapa jenis pembelajaran yang berpusat pada siswa, salah satunya adalah pembelajaran berbasis masalah.


Pembelajaran berbasis masalah adalah metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan informasi baru. Untuk memecahkan masalah ini, siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. Tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah pengembangan dan penerapan keterampilan penting, yaitu memecahkan masalah untuk pembelajaran mandiri atau kolaborasi kelompok dan memperolehpengetahuan luas.


a. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahapan utama, yang diawali dengan pemaparan situasi permasalahan oleh guru dan diakhiri dengan pemaparan dan analisis hasil pekerjaan siswa, penerapannya, yaitu:

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, mendorong siswa untuk terlihat dalam tugas pemecahan masalah yang dipilih.

2. Guru membantu siswa memahami dan mengorganisasikan tugas-tugas pembelajaran yang berkaitan dengan masalah.

3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang mereka perlukan, melakukan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan, dan belajar bagaimana memecahkan masalah.

4. Guru membantu siswa mengembangkan dan mempresentasikan karyanya dengan merencanakan dan membuat tugas yang sesuai seperti laporan, video dan model, serta membantu teman dalam berbagai tugas.

5. Terakhir, guru membantu siswa merefleksikan atau mengevaluasi proses inkuiri yang mereka gunakan.


Singkatnya, kegiatan pembelajaran melalui PBM diawali dengan aktivitas siswa menyelesaikan permasalahan dunia nyata yang telah ditentukan atau disepakati. Proses pemecahan masalah mempengaruhi perkembangan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis siswa, serta dapat menghasilkan informasi baru dalam waktu yang bersamaan.


b. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Berikut kelebihan model pembelajaran berbasis masalah, yaitu:

1. Meningkatkan kedalaman pemahaman, yaitu mendorong siswa memecahkan masalah yang kompleks dan memperoleh pemahaman materi yang lebih mendalam.

2. Mengembangkan pemikiran kritis dengan mengajukan pertanyaan, informasi dan mengevaluasi solusi. Inilah cara meningkatkan pemikiran analitis.

3. Meningkatkan kerjasama dan komunikasi melalui kerjasama tim dalam menyelesaikan masalah. Untuk meningkatkan komunikasi.


c. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Berikut kekurangan model pembelajaran berbasis masalah, yaitu:

1. Dibutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan metode pengajaran konversi karena penyusunan masalah, diskusi kelompok dan refleksi individu memerlukan waktu.

2. Mengharuskan guru atau pengajar terlatih untuk menggunakan metode ini membimbing siswa secara efektif selama proses pembelajaran.

3. Tidak semua bahan cocok untuk penelitian ini. Ada topik atau konsep tertentu yang sulit diintegrasikan ke dalam model pembelajaran berbasis masalah karena bersifat abstrak atau teoritis.


4. Model Learning Discovery


Metode Discovery Learning merupakan gaya belajar aktif dan praktik langsung yang dikembangkan oleh Jerome Bruner pada tahun 1960an. Bruner menekankan bahwa learning is doing, atau belajar sambil melakukan. Dengan metode ini, siswa berpartisipasi secara aktif, bukan hanya menerima informasi secara pasif. Discovery learning mengacu pada metode pengajaran umum yang mewakili pengembangan pembelajaran konstruktivis dalam pembelajaran di sekolah.


Bruner (1961) mengembangkan pembelajaran penemuan berdasarkan penelitian terbaru dalam psikologi kognitif dan mendorong pengembangan metode pengajaran yang lebih spesifik. Meskipun Bruner sering disebut-sebut sebagai pengembang Discovery Learning pada tahun 1960-an, namun ide dan teori yang mendasari metode pembelajaran ini berasal dari beberapa ahli lain seperti John Dewey, Jean Piaget, dan Seymour. Bruner (1961) berpendapat bahwa praktik penemuan diri mengajarkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan sedemikian rupa sehingga membuatnya siap menggunakannya untuk memecahkan masalah (Khasinah, 2021).


Metode pembelajaran penemuan menciptakan proses pembelajaran aktif dimana guru tidak memberikan materi atau konten tepat di awal pembelajaran. Selama proses pembelajaran, siswa diminta menemukan cara sendiri untuk memecahkan masalah (Tampubolon, 2017).


a. Langkah-langkah Model Learning Discovery


Menurut Khasinah (2021), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan enam tahap (2013) Tahapan pembelajaran Discovery Learning yang sebaiknya dilaksanakan secara sistematis, yaitu:

1. Stimulasi atau pemberian rangsangan

Pada tahap ini, siswa belajar tahap dihadapkan pada masalah yang belum ada, belum mempunyai solusi, sehingga memotivasi mereka untuk menyelidiki dan memecahkan masalah tersebut. Pada tahap ini guru memfasilitasi mereka dengan mengajukan pertanyaan, mendorong mereka membaca buku atau teks, dan kegiatan pembelajaran yang mengarah pada kegiatan penemuan untuk mempersiapkan identifikasi masalah.

2. Identifikasi masalah

Pada tahap ini, siswa menghadapi masalah yang tidak ada solusinya, yang memotivasi mereka untuk menyelidiki dan memecahkan masalah. Pada tahap ini, guru membantu mereka dengan mengajukan pertanyaan, mendorong mereka membaca buku atau teks, dan mengeksplorasi aktivitas yang mengarah pada identifikasi masalah.

3. Pengumpulan data

Selanjutnya siswa melakukan penelitian untuk mengumpulkan data yang relevan dengan cara membaca literatur, mengamati objek, wawancara, melakukan eksperimen sendiri, dan sebagainya. Siswa juga mencoba menjawab pertanyaan atau membuktikan kebenaran suatu hipotesis.

4. Pengolahan data

Siswa menerapkan pengolahan data, yaitu. pengolahan, analisis dan interpretasi seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber pada tahap sebelumnya.

5. Bukti

Siswa akan melakukan penelitian yang cermat untuk menguji hipotesis berdasarkan temuan terkait hasil pengolahan data alternatif. Pada tahap ini tujuannya adalah untuk memastikan proses pembelajaran berjalan lancar dan siswa menjadi pemecah masalah yang aktif dan kreatif.

6. Penarikan kesimpulan

Pada langkah terakhir diambil kesimpulan yang dapat dijadikan sebagai prinsip umum dan dapat diterapkan pada semua kejadian atau permasalahan yang serupa, dengan memperhatikan hasil pengendalian. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.


b. Kelebihan Model Discovery Learning


Berikut kelebihan model discovery learning menurut Kemendikbud (2013), yaitu:

1. Metode ini dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan dan proses kognitifnya.

2. Metode ini memungkinkan siswa mengalami kemajuan dengan cepat dan sesuai dengan kemampuannya.

3. Karena ada kegiatan diskusi, siswa lebih menghargai satu sama lain.


c. Kekurangan Model Discovery Learning


Berikut kekurangan model discovery learning menurut Kemendikbud (2013), yaitu:

1. Metode ini mengharuskan siswa memiliki pemahaman terlebih dahulu terhadap konsep yang dipelajari, jika tidak maka mereka akan mengalami kesulitan dalam pembelajaran penemuan dan bahkan mungkin menjadi frustasi.

2. Penerapan metode ini memerlukan waktu yang lama, sehingga tidak cocok untuk pembelajaran jangka pendek dan juga untuk kelas dengan banyak siswa.

3. Guru dan siswa harus terbiasa dengan metode ini dan konsisten dalam penerapannya.


Kerugian utama dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama. Melewati proses penemuan melalui lima atau enam tahap pembelajaran memerlukan waktu yang cukup lama, apalagi jika jumlah siswanya banyak.


5. Model Inquiry Learning


Menurut Coffman Inquiry, pembelajaran adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam berpikir, menanya, melakukan kegiatan penelitian dan melakukan percobaan sehingga siswa dapat menyajikan solusi atau gagasan yang logis dan ilmiah (Gurnadi, 2020).


Model pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan sistematis dalam pembelajaran yang mendorong siswa berpikir analitis, kritis, dan kreatif untuk secara mandiri menemukan solusi atas permasalahan yang diberikan kepadanya. Pendekatan ini menekankan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sebagai pembimbing guru dan subjek siswa (Gurnadi, 2020).


Model pembelajaran eksploratif dapat menggunakan pendekatan yang berbeda-beda mulai dari diskusi dalam kelompok kecil hingga pembelajaran terpadu. Seorang siswa lebih mampu mengumpulkan pengetahuan dengan mengeksplorasi ide, berdiskusi dan mengalami pengalaman langsung, serta melakukan eksperimen secara mandiri. Model inkuiri selalu mendorong mereka untuk memiliki rasa ingin tahu, bertanya dan menemukan jawabannya sendiri.


a. Jenis Inquiry Learning


Pembelajaran inkuiri mempunyai jenis atau turunan yang berbeda-beda tergantung peran guru dalam kegiatan penelitiannya. Menurut Kindsvatter peran guru penting dalam penelitian, pembelajaran penelitian dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Inkuiri terbimbing

Pada jenis ini, peran guru dalam pembelajaran penelitian adalah sangat penting. Peran guru adalah menentukan topik penelitian yang akan dilakukan, mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan topik penelitian, menentukan prosedur atau langkah-langkah yang harus dilalui siswa, dan membimbing siswa dalam menganalisis data dan membuat tabel untuk diselesaikan siswa dalam bentuk kolom dan membantu menarik kesimpulan.

2. Inkuiri terbuka

Pada tipe ini guru hanya berperan sebagai pemandu dalam proses pembelajaran sampai siswa memintanya. Siswa kemudian diberi kebebasan dan inisiatif untuk memikirkan cara memecahkan masalah yang dihadapinya.


b. Langkah-langkah Model Inquiry Learning


Menurut Clery 2003, ada beberapa tahapan dalam proses pembelajaran Model Pembelajaran Inkuiri, yaitu:

1. Panduan Inkuiri

Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan penelitian untuk menemukansesuatu yang baru berdasarkan diri mereka sendiri. pemahaman awal.

2. Belajar mandiri

Siswa belajar mandiri berdasarkan perkembangan pemahaman setelah tahap penelitian. Artinya setelah melewati tahap penelitian, siswa menemukan konsep-konsep baru yang perlu digali dan dipahami secara mandiri.

3. Ikhtisar pembelajaran

Ini merupakan tahap ketiga, dimana siswa mempresentasikan hasil proses belajar mandiri.

4. Panduan Kombinasi

Siswa mengelompokkan benda-benda yang ditemukannya bersama anggota kelompoknya. Konsolidasi dilakukan melalui diskusi kelompok dan presentasi.

5. Sesi pleno

Dimana siswa melakukan refleksi pembelajaran individu dan kelompok bersama guru. Pada tahap ini dukungan diberikan oleh guru pendamping yang memandu proses pembelajaran.


c. Kelebihan Model Inquiry Learning


Berikut kelebihan model inquiry learning, yaitu:

1. Membentuk dan mengembangkan konsep siswa sehingga siswa dapat lebih memahami konsep dan gagasan dasar.

2. Membantu menggunakan memori dan berpindah ke situasi belajar baru.

3. Mendorong siswa berpikir mandiri, objektif, jujur, dan terbuka.


d. Kekurangan Model Inquiry Learning


Berikut kekurangan model inquiry learning, yaitu:

1. Kesulitan dalam memantau kinerja dan keberhasilan siswa.

2. Model pembelajaran riset sulit dilaksanakan, karena bertentangan dengan kebiasaan belajar siswa.

3. Terkadang penerapannya memakan waktu lama, sehingga guru sering kali kesulitan untuk menyesuaikannya dalam waktu yang ditentukan.


Jadi, kesimpulannya adalah Model, metode dan strategi pembelajaran saling berhubungan dan mendukung satu sama lain dalam proses pembelajaran. Guru harus menyesuaikan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik siswa dan kondisi lingkungan ketika memilih metode dan model pembelajaran. Guru harus memahami perbedaan dan keterkaitan model, metode dan strategi pembelajaran serta mampu memadukannya secara tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.


Model pembelajaran mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan keaktifan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Pemilihan model yang tepat hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, karakteristik siswa dan materi. Setiap model mempunyai kelebihan dan kekurangan yang harus diperhatikan guru. Penggunaan model yang berbeda dalam pembelajaran dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik, aktif dan bermakna bagi siswa.


Itu saja dan terima kasih, semoga bermanfaat.


Wassalamu'alaikum Wr.Wb. 🙏🏻

Komentar