SEJARAH AWALNYA BALAI KOTA MENJADI MUSEUM JAKARTA

 


Video 1.3 Penjelasan Sejarah Awalnya Balai Kota Menjadi Museum Jakarta


Sumber : https://youtu.be/WkUeHDRtgyA?si=ukd0sna7iOA8BAhj


Assalamu'alaikum Wr. Wb. 🙏🏻


Hallooo Semuanyaaa!!! 👋🏻👋🏻


Disini saya sedikit memberikan informasi terkait Sejarah Awalnya Balai Kota Menjadi Museum Jakarta. Selamat menonton dan membaca! 💖


Assalamualaikum Wr. Wb. 🙏🏻🙏🏻


Hallo semuanya!! 👋🏻👋🏻


Perkenalkan nama saya Istiana Khoirunnisa dengan NIM 2301025125, Kelas 2F, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.


Pada kesempatan kali ini, saya akan memperkenalkan dan menjelaskan Sejarah Awalnya Balai Kota Menjadi Museum Jakarta yang berlokasi di Kota Tua, Jakarta Barat yang saat ini dikenal sebagai Museum Fatahillah kepada teman-teman untuk memenuhi tugas mata kuliah PLBJ dengan dosen pengampu Bapak Bayu Thomi Rizal, M.Pd.


Baik langsung saja ruangan ini adalah Ruang Dewan Pengadilan. Ruangan ini tersusun dengan enam kursi dan meja bundar yang digunakan oleh hakim untuk mengadili terdakwa yang dijatuhi hukuman mati, dikurangi atau dibebaskan, namun sebagian besar dijatuhi hukuman mati.


Pahlawan nasional yang diadili di ruangan ini adalah Pangeran Diponegoro dan Cut Nyak Dhien yang dijatuhi hukuman dan dikirimkan di dua tempat yang berbeda, Pangeran Diponegoro diasingkan ke Makassar dan Cut Nyak Dhien diasingkan ke Sumedang.


Kemudian, terdapat 3 lemari arsip, salah satunya dibuat tahun 1748, untuk menyimpan arsip penting dan bahan bacaan petinggi Belanda.


Setelah itu, terdapat Ruang Sidang Dewan Kotapraja, dimana ruangan ini sebelumnya digunakan sebagai ruang rapat Dewan Kotapraja kota Batavia. Tidak diketahui jenis furnitur apa yang dimiliki ruangan ini. Barang-barang yang dipajang di ruang ini berasal dari tahun 1800-an dan semuanya buatan Indonesia.


Kemudian, Dewan Kotapraja. Kantor pemerintahan terpenting didalam bangunan Balai Kota adalah Dewan Kotapraja (Colege van Schepenen) dan Dewan Pengadian (Raad van Justitie).


Sejak didirikan pada tahun 1620, dewan kotapraja terdiri dari lima warga negara yang ditunjuk oleh pemerintah, serta empat pejabat perusahaan. Tidak ada demokrasi pada saat itu, dan keputusan dewan kotapraja dapat diubah kapan saja oleh Gubernur Jenderal dan para penasihatnya, yang berkedudukan di Benteng Batavia, hanya lima ratus meter ke arah utara.


Wewenang Dewan Kotapraja mencakup semua perkara pidana dan perdata antar penduduk kota, serta perkara hutang.


Selanjutnya, terdapat Lukisan Van Der Parra, dimana Foto bersama Petrus Albertus van der Parra, salah satu Gubernur Jenderal Batavia. Pada masa Perang Dunia II, lukisan ini disimpan di rumah Jan Frank, seorang kurator seni rupa negara, dan sejak tahun 1950 menjadi koleksi Museum Batavia Lama, sekarang Museum Sejarah Jakarta. Di belakangnya terlihat bangunan tepi laut yang mungkin pernah dikuasai Batavia oleh kota Batavia sendiri pada tahun 1761. Dia adalah orang yang sangat religius. Anggota keluarganya diberikan berbagai tunjangan dan keistimewaan, sementara korupsi meningkat pesat selama masa jabatannya. Van der Parra sendiri meninggal di Waltevreden (Lapangan Banteng) pada tahun 1775.


Kemudian, terdapat LEMARI BUKU "SCHEPENKAST", dimana Dalam catatan rapat, anggota Dewan Pengadilan mengeluhkan kurangnya ruang untuk menyimpan arsip dan buku perpustakaan, itulah sebabnya lemari dibentuk pada tahun 1747. Penyepuhan dan ukiran detailnya memakan waktu satu tahun. Sisi kiri atasnya dihiasi dengan Patung Dewi Keadilan, sedangkan sisi kanan atas berhiaskan patung Dewi Kebenaran. Di bagian atas terdapat 14 lambang anggota Dewan Yudisial saat itu.


Berikutnya, Sejarah Awalnya Balai kota menjadi Museum Jakarta, dimana sejak berdirinya Dewan Kota Batavia pada tahun 1905, De Qude Stadhuis (“Balai Kota Lama”) terus berkembang. Sebelum menjadi museum, tempat ini berfungsi sebagai markas besar Batavia. Gedung ini berfungsi sebagai markas besar Kota Jakarta hingga tahun 1913 ketika kantor pemerintahan kota dipindahkan ke Tanah Abang (saat itu Koningsplein Zuid atau Jalan Merdeka Selatan). Setelah kemerdekaan, gedung ini berfungsi sebagai kantor pemerintah Jawa Barat dan markas TNI Kota Pertama hingga tahun 1961. Pada 1970, Gubernur Ali Sadikin menetapkannya sebagai cagar budaya dan menjadi Museum Sejarah Jakarta pada 30 Maret 1974.


Selanjutnya, terdapat bordes. Bordes adalah Bordes adalah ruang transisi saat naik dan turun tangga. Pemerintah kota menyediakan panggung kayu di depan Balai Kota untuk eksekusi hukuman pada abad ke-19. Eksekusi dilakukan pagi hari saat pintu kota tertutup dan pasukan militer siap. Terdakwa dipanggil ke ruang besar, hakim membacakan vonis dari balkon, pendeta membacakan doa terakhir, dan algojo menjalankan hukuman. Setelah eksekusi, hakim membuat laporan kepada Gubernur Jenderal dan jenazah tergantung atau dipajang sampai hancur.


Setelah itu, terdapat Balai Kota Kembar, yaitu Balai Kota Amsterdam dan Balai Kota Batavia. Berikut perbedaan antara Balai kota Amsterdam dengan Balai Kota Batavia, yaitu:

a. Balai Kota Amsterdam

- Memiliki 3 lantai.

- Tidak memiliki bordes.

- Di bagian muka atas terlihat lambang Serikat Republik Belanda.


b. Balai kota Batavia.

- Memiliki 2 lantai.

- Memiliki bordes di bagian depan yang merupakan tambahan dan berfungsi sebagai panggung eksekusi hingga 1896.

- Di bagian muka atas terdapat lambang Batavia.


Kemudian, berikut persamaan antara Balai Kota Amsterdam dengan Balai Kota Batavia, yaitu:

- Memiliki ciri khas arsitektur yang ditemukan di bangunan-bangunan di paruh kedua abad 18.

- Bagian tengah ditopang enam pilar bergaya.

- Gedung dimahkotai sebuah menara kecil octagonal dilengkapi dengan tiang dan salib yang dipasang di puncaknya.


Dan terakhir terdapat alur waktu atau linimasa perubahan isi Gedung mulai dari tanggal 1 Juli 1620-Tahun 1974.


Baik teman-teman, penjelasan tadi merupakan Sejarah Awalnya Balai Kota Menjadi Museum Jakarta yang berlokasi di Kota Tua, Jakarta Barat yang saat ini dikenal sebagai Museum Fatahillah.


Teman-teman, kalau ingin tahu Sejarah lainnya yang ada di Museum Fatahillah bisa datang langsung kesini ya.


Sekian penyampaian informasi terkait Sejarah Awalnya Balai Kota Menjadi Museum Jakarta dari saya, Istiana Khoirunnisa dari Kelas 2F, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Kurang lebihnya mohon maaf.


Wassalamualaikum Wr.Wb. 🙏🏻🙏🏻


Itu saja dan terima kasih, semoga bermanfaat.


Wassalamu'alaikum Wr.Wb. 🙏🏻

Komentar

Postingan Populer