PERKEMBANGAN PERIODE MASA REMAJA


 Gambar 1.5 Perkembangan Periode Masa Remaja 


Assalamu'alaikum Wr. Wb. πŸ™πŸ»

Hallooo everyone!!! πŸ‘‹πŸ»πŸ‘‹πŸ»

Disini saya sedikit memberikan informasi terkait PERKEMBANGAN PERIODE MASA REMAJA. Selamat membaca! 🀍

A. PENGERTIAN PERIODE REMAJA

Kata “remaja” berasal dari bahasa Latin adolescene berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984, Rice, 1990 dalam Jahja, 2011). Banyak tokoh yang memberikan definisi remaja, seperti DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa.

Selanjutnya, Wirawan menjelaskan bahwa untuk mendefinisikan remaja seharusnya disesuaikan dengan budaya setempat, sehingga untuk di Indonesia digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut :
1. Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umumnya tanda-tanda sekunder mulai nampak.

2. Pada masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil baligh, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak.

3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas ego (menurut Ericson), tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual (menurut Freud), dan tercapainya puncak perkembangan kognitif (menurut Piaget), maupun moral (menurut Kohlberg).

4. Batas usia 24 tahun adalah merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orangtua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orangtua.

5. Dalam definisi tersebut, status perkawinan sangat menentukan apakah individu masih digolongkan sebagai remaja ataukah tidak.

B. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA

Remaja tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya serta akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan untuk fase-fase berikutnya. Sebaliknya, manakala remaja gagal menjalankan tugas-tugas perkembangannya akan membawa akibat negatif dalam kehidupan sosial fase-fase berikutnya, menyebabkan ketidakbahagiaan pada remaja yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya.William Kay, sebagaimana dikutip ‘Yudrik Jahja' mengemukakan tugas-tugas perkembangan masa remaja sebagai berikut:
1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

2. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur figur yang mempunyai otoritas.

3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan bergaul dengan teman sebaya, baik secara individual maupun kelompok.

4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.

5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.

6. Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup (weltanschauung).

7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.

C. PERKEMBANGAN FISIK PADA MASA REMAJA

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik Papalia dkk 2001 (dalam jahja, 2011). Perubahan pada tubuh pada fase remaja ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Perubahan fisik pada fase remaja yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja Jahja ( 2011).

Perubahan fisik adalah gejala yang dialami dalam masa pertumbuhan di masa remaja, yang memiliki dampak pada perubahan psikologis seseorang (Munawar Sholeh dan Abu Ahmadi, 2005), tidak membedakan jenis kelamin perempuan maupun laki-laki dalam perubahan dalam perkembangan fisik yang dialami secara cepat atau biasa dikenal dengan istilah “growth spurt” (percepatan pertumbuhan), dimana pada masa ini terjadi perubahan dan percepatan pertumbuhan pada seluruh bagian tubuh mereka, baik itu perubahan tinggi badan, berat badan dan proporsi tubuh, keadaan badan dan anggota-anggotanya menjadi berimbang, muka berubah menjadi simetris sebagaimana layaknya orang dewasa. Keadaan jasmani yang berimbang menyebabkan merasa puas dan bahagia terhadap diri sendiri karena menjadi suatu hal yang dapat dibanggakan. Remaja akhir yang mempunyai fisik kurang seimbang antara lain anggota tubuh, wajah kurang baik, berkat ketenangan pada masa remaja akhir, mereka dapat menerima apa adanya, dengan keasadaran memupuk kelebihan-kelebihan yang ada sehingga dapat dibandingkan dan mengurangi rasa ketidakpercayaan diri. Dengan adanya per-kembangan fisik ini, maka adanya peningkatan kepercayaan diri pada semua remaja akhir untuk lebih percaya pada dirinya sendiri, karena perubahan fisik yang dialami dengan baik mampu membuat mereka merasa dihargai dalam kehidupan-nya dan kesadaran bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial-nya.

Menurut Marwoko (2019) perubahan fisik pada fase remaja ada 2 yaitu perubahan internal dan eksternal :

1. Perubahan Internal

a) Sistem pencernaan
Perut menjadi lebih Panjang, usus bertampah Panjang dan besar, otot perut semakin kuat, hati semakin kuat dan tenggorokan semakin panjang.

b) Sistem peredaran darah
Pada usia 17 ataun 18 tahun, berat jantung 12 kali lebih berat dari lahir dan pembuluh darah semakin Panjang dan tebal.

c) Sistem pernafasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan hamper matang pada usia 17 tahun, anak laki-laki mencapai tingkat kematangan beberapa tahun kemudian.

d) Sistem endokrin
Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesatdan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran matang sampai akhir remaja atau awal masa dewasa.

e) Jaringan tubuh
Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 tahun. Selain itu, jaringan lain terus berkembang seperti jaringan otot.

2. Perubahan Eksternal

a) Tinggi badan
Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang matang antara usia 17 dan 18 tahun pada anak laki-laki.

b) Berat badan
Perubahan berat badan mengikuti perubahan tinggi badan. Tetapi berat badan sekarang tersebar ke bagian-bagian tubuh yang tadinya hanya mengandung sedikit lemak atau tidak mengandung lemak sama sekali.

c) Proporsi tubuh
Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan tubuh yang baik.

d) Organ seks
Organ seks pria maupun Wanita mencapi ukuran matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian.

e) Ciri-ciri seks sekunder
Ciri seks sekunder yang utama berada pada tingkat perkembangan yang matang pada akhir masa remaja.

Masa pubertas terjadi proses neuroendokrin otak terutama pada masa remaja awal yang memberikan stimulasi untuk perubahan fisik yang cepat. Pertambahan tinggi badan untuk anak perempuan percepatan pertumbuhan adalah 9 tahun dan anak laki-laki adalah 11 tahun. Selama mengalami percepatan pertumbuhan, anak perempuan bertambah sekitar 3,5 inci setiap tahun dan 4 inci untuk anak laki-laki setiap tahunnya Santrock (2014). Pertambahan berat badan terutama terjadi karena perubahan komposisi tubuh, pada anak laki-laki terjadi akibat meningkatnya massa otot, sedangkan pada anak perempuan terjadi karena meningkatnya massa lemak Batubara (2018).

Adapun menurut Thohir (2018) dalam bukunya berjudul Psikologi Perkembangan terdapat perubahan seks pada masa pubertas yaitu perubahan seks primer dan perubahan seks sekunder. Ciri perubahan seks primer pada wanita terjadi perubahan pada vagina, uterus, tuba vallopi, dan ovaries, sedangkan pada laki-laki terdapat perubahan pada penis, scrotum, testis, prostate gland, dan seminal vesicles. Ciri seks sekunder terdapat perubahan buah dada, tumbuh bulu pada bagian tertentu, tekstur kulit, perkembangan maskular, perubahan pada pinggul, dan juga terjadi perubahan suara.

D. PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA MASA REMAJA

Menurut Piaget, masa remaja memasuki perkembangan kognitif level tinggi pada tahap operasi formal, ketika mereka mengembangkan keterampilan berpikir abstrak. Perkembangan ini, yang biasanya terjadi sekitar usia 11 tahun, memberikan kepada mereka cara-cara baru yang lebih fleksibel dalam mengolah informasi. Bukan hanya sebatas disini dan saat ini, tapi sudah merasakan sejarah waktu dan luar angkasa. Mereka dapat memikirkan apa yang bisa terjadi, bukan hanya apa yang terjadi mereka dapat mengembangkan dan menguji hipotesis. (Thahir, 2018)

Pikiran pada tahap ini mempunyai fleksibilitas yang tidak dimilikinya pada tahap operasional konkret. Kemampuan berpikir abstrak juga mempunyai implikasi emosional. Sebelumnya, seorang anak menyayangi orang tuanya dan membenci teman sekelasnya. Namun sekarang remaja dapat “mencintai kebebasan dan membenci eksploitasi, peluang dan cita-cita yang menarik pikiran dan perasaan” (H. Ginsburg & Opper, 1979. hlm. 201).

Salah satu aspek perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan berpikir egosentrisme. (Papalia and Olds, 2011) mengungkapkan suatu bentuk pemikiran egois yang dikenal sebagai personal fabel. personal fabel merupakan keyakinan seorang remaja bahwa dirinya unik dan tidak terpengaruh terhadap hukum alam. Kepercayaan egosentrik ini mendorong perilaku membahayakan diri pada remaja yang berpikir bahwa mereka dilindungi secara ajaib dari bahaya.

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dari anak hingga dewasa yang tidak dapat ditentukan secara pasti. Masa remaja awal adalah usia antara 12 hingga 15 tahun (Yessy, 2015). Pada masa ini, remaja mulai memperoleh dan menggunakan pengetahuan
secara efektif, mencapai puncaknya karena pertumbuhan otak sudah mencapai kesempurnaan. Sistem saraf, yang memproses informasi, berkembang cepat. Selain itu, masa remaja terjadi reoeganisasi lingkaran saraf frontal lobe (belahan otak bagian depan sampai pada belahan ataucelah sentral). Frontabel ini bekerja pada aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan pengambilan keputusan (Sarwono, 2012).

Menurut Elkind, pemikiran remaja yang belum matang dapat diwujudkan melalui enam ciri, yaitu: idealisme dan kritik, argumentasi, keraguan, sikap hipokritis, kesadaran diri, kekhususan dan ketangguhan. Perkembangan Bahasa Remaja berusia antara 16 dan 18 tahun biasanya mengetahui sekitar 80.000 kata. Mereka akan semakin sadar pada masa ini kata-kata merupakan sebuah simbol yang mempunyai makna yang berbeda-beda; mereka lebih suka menggunakan ironi, humor, permainan kata-kata dan metafora (Owens, 1996). 

Penalaran moral Menurut Kohlberg, penalaran moral mempunyai tiga tingkatan (moral reasoning):
1. Tingkat pra-konvensional yang bekerja di bawah kendali eksternal. Mereka mengikuti perintah untuk menghindari hukuman atau imbalan, atau bertindak demi kepentingan pribadi. Tingkat ini biasanya terjadi pada anak-anak antara usia 4 dan 10 tahun.

2. Tingkat konvensional juga dapat digambarkan sebagai tingkat konformis. Pada tingkat ini, anak peduli untuk menjadi “baik”, memuaskan orang lain, memenuhi harapan keluarga, kelompok atau bangsa yang dianggapnya berharga baginya. Individu berusaha tidak hanya untuk menyesuaikan diri dengan tatanan sosialnya, tetapi juga untuk mendukung, dan membenarkan tatanan sosial tersebut. Tahap ini tercapai setelah usia 10 tahun.

3. Pada tingkat Post konvensional, pada tahap ini orang-orang menyadari adanya konflik standar moral dan mengambil keputusan sendiri berdasarkan prinsip hak, kesetaraan dan keadilan. Tahap ini dicapai pada masa remaja awal atau lebih umum pada masa dewasa awal.

Remaja yang mempunyai self-efficacy yang tinggi percaya bahwa mereka dapat menguasai tugas dan mengatur pembelajaran mereka sendiri adalah yang paling mungkin berhasil dalam mencapai prestasi terbaik di sekolah.

Remaja laki-laki dan perempuan mendapat nilai yang hampir sama pada tes standar di sebagian besar bidang studi, namun remaja perempuan cenderung lebih percaya diri pada kemampuan akademis mereka. Remaja laki-laki lebih akan menjadi underachiever besar kemungkinannya untuk tetap berprestasi remedial dan mengikuti program khusus, dan dapat dikeluarkan atau diskors dari sekolah (Eccles et al., 2003; Freeman, 2004). Sistem pendidikan yang berkualitas dari sekolah memiliki atmosfer yang terorganisir namun tidak menindas dengan adanya kepala sekolah yang aktif dan energik dan guru mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap siswanya, serta menekankan kegiatan akademis dibandingkan ekstrakurikuler, dan dapat memantau kinerja siswa dari dekat.

Secara keseluruhan perkembangan masa remaja dimana mereka mulai di mana mereka mulai menggunakan pengetahuan secara efektif dan berkembangnya otak mencapai kesempurnaan. Pertumbuhan ini memasuki perkembangan kognitif yang tinggi pada tahap operasi formal, di mana mereka dapat berpikir abstrak dan mengembangkan hipotensis. Mereka cenderung egosentris dan percaya diri. Mereka juga memperluas kosa kata dan menyadari adanya banyak makna. Remaja dengan self-efficacy tinggi cenderung berhasil secara akademis karena mereka percaya bahwa mereka dapat mengatur pembelajaran mereka sendiri. Karena sistem sarafnya berkembang cepat dan terjadi reorganisasi pada lingkaran saraf frontal lobe yang penting untuk aktivitas kognitif tingkat tinggi. Perempuan cenderung lebih percaya diri secara akademis namun lelaki tidak begitu. Sistem pendidikan yang berkualitas yakni memiliki kepala sekolah dan guru yang aktif serta menekankan kegiatan akademis dan memantau kinerja siswa secara teratur.

E. PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL

Masa remaja adalah masa yang berada di antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Hurlock (1980), membagi masa remaja menjadi dua kategori yaitu masa remaja awal (13-17 tahun) dan masa remaja akhir (17-21 tahun), karena pada usia ini sudah dianggap matang oleh hukum.

Pada masa remaja, emosi dalam diri remaja sedang menggebu-gebu sehingga menyulitkan remaja dan orang sekitar seperti orang tua. Emosi yang menggebu-gebu ini juga sebagai tanda remaja berada dalam proses mencari jati diri remaja. Menurut Hude (2006) emosi adalah gejala psikologis yang memiliki efek pada persepsi, sikap, tingkah laku, dan suatu bentuk pengungkapan diri remaja (Admin-nuansa, 2022).

Hurlock (2002) seorang ahli, mengatakan ada 3 kategori emosi yang sering muncul dalam diri remaja, yaitu:
1. Emosi Marah
Remaja sering kali mengalami peningkatan kemarahan karena proses berkembangnya bagian otak. Meskipun demikian, remaja biasanya berusaha menekan dorongan kekerasan dan mengekspresikan emosi dengan cara yang lebih sopan atau baik.

2. Emosi Takut
Remaja mengalami ketakutan terkait konflik terhadap orang tua, diasingkan dalam lingkungan petemanan, ketidakpastian masa depan, dan penolakan. Transisi menuju masa dewasa awal membawa kekhawatiran baru mengenai keuangan, tantangan karir, keyakinan politik, pandangan agama, dan kehidupan keluarga. Remaja yang matang berusaha untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan ini saat mereka menghadapi kompleksitas pertumbuhan.

3. Emosi Cinta
Rasa cinta yang dirasakan anak pada saat pertama kali yaitu yang diberikan oleh orang tua. Seiring bertambahnya usia anak mulai menyukai lawan jenis. Rasa cinta pada lawan jenis berbeda dengan rasa cinta kepada orang tua yang menyebabkan remaja mengalami kebingungan. Emosi ini menyebabkan remaja mengalami kegelisahan dan suasana hati yang tidak menentu.

Perubahan emosional yang dialami remaja adalah proses mereka untuk menjadi dewasa. Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu anak mengembangkan emosinya. Hubungan orangtua dan teman sebaya yang kuat sangat diperlukan dalam perkembangan emosi anak. Ada berbagai cara untuk orang tua dalam membantu perkembangan sosial emosional pada remaja, sebagai berikut (Admin-nuansa, 2022):
1. Jadilah Panutan
Orang taua dapat menjadi contoh anak dalam mengendalikan emosi, suasana hati, dan konflik dengan hal-hal positif.

2. Kenali Teman Anak
Orang tua harus mengenali teman anak untuk membantu mengetahui pengaruh teman anak terhadap perkembangan emosi anak, karena anak lebih banyak mengahabiskan waktu mereka dengan teman-temanya.

3. Fokus kepada Hal Positif
Pada masa ini mungkin saja anak mengalami konflik dengan lingkuangan dan teman sebayanya. Orang tua dapat memperkuat aspek positif dari perkembagan emosional anak, yaitu dengan memuji anak yang telah berusaha berteman dan berkerja keras selama di sekolah.

Jadi, kesimpulannya adalah Masa remaja merupakan periode transisi penting dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja, individu mengalami berbagai perubahan fisik, emosional, sosial, dan kognitif yang signifikan. Tugas-tugas perkembangan remaja meliputi penerimaan diri, mencapai kemandirian emosional, mengembangkan keterampilan komunikasi, menemukan identitas pribadi, memperkuat self-control, dan meninggalkan perilaku kekanak-kanakan. Perkembangan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertumbuhan tinggi dan berat badan, kematangan organ seksual, dan perubahan internal serta eksternal yang berpengaruh pada konsep diri individu. Perkembangan kognitif pada masa remaja mencakup kemampuan berpikir abstrak dan mengembangkan hipotesis. Sementara itu, perkembangan sosial-emosional pada masa remaja melibatkan interaksi dengan teman sebaya, menemukan identitas pribadi, dan memperkuat self-control.

Dengan demikian, masa remaja merupakan periode yang kompleks dan penting dalam kehidupan individu, di mana mereka menghadapi berbagai tugas perkembangan yang harus diselesaikan untuk mencapai kematangan secara holistik.

Itu saja dan terima kasih, semoga bermanfaat.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb. πŸ™πŸ»

Komentar

Postingan Populer